2. Judul : EunSeoMin Story ; Leaving You
3. Kategori: NC 17, Yadong, Kekerasan, Oneshoot
4. Cast:- Park Hyo Seo
- Lee Hyuk Jae (Super Junior)
- Park Jung Soo (Super Junior)
- Park Yoonhae
- Lee Sungmin (Super Junior)
- Lee Yoora
- Choi Sulli (f(x))
- Cho Kyuhyun (Super Junior)
- Lee Jinki (SHINEE)
Nb ::
author yang radha sarap datang. Tereng! Clap your hand! *maksa*.Hoho… nggak ikhlas ga usah ga papa.. ^^ mianhae kalo agak lama. Authorlagi sibuk ngurusin tes pendaftaran. Hohoho… doain ya… buat reader yang rajin coment… jeongmalgomawo… love you all… ^^ Hehehe… enjoy aja. Nggak perlu tegang-tegang*?*. okay, dari pada kebanyakan curcol, langsung aja.. ^^————————————————––Flashback before–Park Jung Soo appa yang dianggap kejam oleh Park Hyoseo, dengan setiadan cemas menunggui Hyoseo yang belum pulang juga sejak jam 7 malam. Iasangat khawatir dengan anak semata wayangnya itu. Tanpa memperdulikannyamuk-nyamuk yang memburunya dan hawa dingin yang begitu merembeskulit, ia masih stay di teras rumahnya. Bahkan hingga tertidur di kursiteras.Sedangkan Hyoseo sedang terlelap karena lelah menggerogoti tubuhnya.Ia tertidur di kamar Eunhyuk dengan pulasnya tak tahu bahwa Appa sedangmenungguinya dengan rasa cemas.–Flashback end–***–Park Hyo Seo-POV–@ Seoul, 1 Juli 2014Time :: 7 A.M.Kubuka mataku perlahan. Sinar mentari pun sudah menembus jendelakamar Hyuk. Aku bangkit perlahan sambil mengucek-ngucek mataku.Menggeliat sesaat merenggangkan otot-ototku.“ Annyeong haseyo,” tiba-tiba Hyuk datang dan membawakan semangkukmie.“ Annyeong,” aku pun tersenyum melihat Hyuk datang.“ Jagiy, kita makan dulu, okay?” Hyuk meniup-niup permukaan mangkukdengan kepulan asap diatasnya. Menandakan masih panas.“ Ne.”Hyuk pun menyendok kuah mie yang ada di mangkuknya danmeniup-niupkannya. Menempelkan bibirnya untuk mengecek masih panas atautidaknya dan menyuapkannya padaku. Ia juga menyendokkan mie dimangkuknya dan menyuapkannya padaku. Intinya pagi ini aku disuapi olehEunhyuk, aeinku yang paling aku sayangi.“ Jagiy, karena kau sudah milikku seutuhnya. Aku akan memberitahumutentang data rahasia itu. Tapi, ini privacy.”“ Ne. Apa isinya?” tanyaku sambil mengunyah mie di mulutku.“ Vidio yadong. Tapi, jangan bilang siapa-siapa ya. Ini rahasiaku,”pintanya.“ Mwo!” aku tersentak dan terbelalak. Pantas saja tadi malam… apa?Tadi malam? Berarti, ini sudah pagi. Omo! Pabo! Aigoo, kenapa aku baruingat. “ Jagiy! Sekarang jam berapa!” tanyaku panik.“ 11. Waeyo?” tanyanya bingung.“ Aigoo! Aniyo! Aku harus pulang. Appa! Dia pasti mencariku. Aish!Ottokhae?” Aku bergegas bangkit dan mondar-mandir cemas. Aku benar-benarbingung. Sedangkan Hyuk hanya menatapiku bingung.“ Mwo? Appa???” ia berpikir sejenak. “ Omona! Kau belum pulang!”pekiknya teringat.Aish! Aku benar-benar lupa. Dan ini, sudah jam 11. Appa, Jerman,pulang, pindah? Omona! Semuanya hal itu berputar dikepalaku kencang.Bagaikan angin topan, dan hal-hal itu sukses besar membuatku pusingseketika. Aku masih mondar-mandir dikamar Hyuk bingung. Tunggu! Akuharus berpikir. Kkaja, kkaja Hyoseo! Kau harus punya rencana! Alasanpaling tidak, untuk menghadapi Appa nanti. Omo, apakah aku akandibunuhnya? Eomma, apakah aku akan menyusulmu sebentar lagi? Apakah Appaakan membunuh anaknya sendiri hanya karena aku tidak pulang semalam?“ Hyoseo, perlukah aku bilang pada Appamu? Biarkan aku yang antar kaupulang, dan akan aku jelaskan semuanya. Arra?” kata Hyuk mencobamenenangkanku.“ Andwae! Kau ingin memperparah keadaan? Heh?!” tanya ku dengan nadatinggi. Oh tidak! Aku mulai terforsir suasana. Tapi, bagaimana ini? Akuharus apa? Aku benar-benar gamang.“ Aniy,” kata Eunhyuk dengan suara lemahnya. Ia menunduk sedih.“ Aigo… mianhae. Bukan maksudku begitu. Aku hanya…” kataku terpotong.“ Aku tahu, Appamu begitu menentang kita. Aku khawatir terjadiapa-apa denganmu. Aku… aku tak ingin hal itu terjadi padamu,” ucapnyasambil menatapku dalam-dalam. Dari matanya terbias ketulusan yangmendalam. Membuat darahku berdesir seketika.“ Jagiy…” gumamku tak berdaya.“ Aku rasa ini salahku. Salahku karena terus saja berusahamendekatimu. Harusnya kau tak mengenalku. Harusnya aku menjauh saat adalarangan itu. Harusnya aku berhenti mencintaimu. Tapi aku tidak bisa.Aku sungguh-sungguh tidak bisa. Harusnya aku menjauh darimu. Mianhae,Jagiy! Jeongmal mianhae,” kata Hyuk dengan sesal tergambar jelas diwajahnya.“ Aniyo. Ini salahku, Jagiy! Mianhae,” kataku menyalahkan dirisendiri. Dan secara tidak langsung, aku telah membelanya. “ Baiklah, akuakan pulang sekarang. Gomawo.”Aku mulai santai. Tapi santai kali ini bukan dalam arti aku tenang.Santai kali ini dalam arti aku sedih. Amat sedih. Mengingat Appa yangamat menentang hubungan ini. Lagi-lagi aku teringat dengan Eomma.Aku pun berjalan perlahan ke pintu kamar Hyuk. Dengan langkah beratku giring kakiku menuju pintu. Dengan kepala tertunduk dan menahanhasrat untuk menatap ke belakang. Aku tidak tahu apa yang Hyuk lakukansekarang. Apakah ia tertunduk dan bersedih? Ataukah dia malah senangbahagia? Aku rasa itu tidak mungkin, karena aku merasakan ketulusannyasaat berbicara padaku.“ Saranghae,” gumam ku pelan saat hendak membuka pintu.Hening… kenapa tidak ada jawaban? Kenapa seakan tidak ada reaksi?Kenapa Hyukjae? Kenapa? Aku berharap kau memanggilku. Aku berharap kaumencegahku. Aku berharap kau memintaku untuk tetap tinggal. Kini akurasakan sesak membebani dadaku. Jutaan tanda tanya bergelimangdikepalaku. Mataku panas seketika. Hatiku perih tiba-tiba. Hyukie!Benarkah kau akan membiarkanku pergi? Cegah aku! Jebal!Kreeeek… kutarik engsel pintu. Aku masih menunggu. Menunggu reaksi.Tapi, tapi kenapa tidak ada.Cklek! Suara pintu tertutup. Omo! Benarkah? Benarkah ini? Diamembiarkanku? Dia tak peduli? Dia benar-benar tak berbuat apa-apa?Hyukjae, kenapa kau biarkan aku pergi? Baiklah, jika kau ingin akupergi. Aku akan pergi. Sejauh mungkin.–Park Hyo Seo – POV end—***–Hyuk Jae – POV –Hyoseo, mianhae. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisamembantumu. Tapi mungkin ini memang salahku. Aku harusnya berhentimendekatimu. Berhenti mencintaimu. Berhenti menyayangimu. Saat itu,harusnya aku sudah berhenti sejak saat itu. Saat hatiku tercabikmenerima kenyataan yang ada. Saat raga dan jiwaku begitu sakit tertusukrealita.——Flashback——Aku dan Hyoseo sedang berjalan-jalan di mall untuk membeli sebuahhadiah untuk sahabatnya yang bernama Choi Sulli. Saat itu, Sulliberulang tahun. Jadi, ia hendak membuat sebuah kejutan untuk sahabatnyaitu.Di sebuah stan hadiah, aku masih menemani Hyoseo yang sibukmemilih-milih barang. Aku membuntut dibelakangnya sambil memandangkesekeliling. Membantunya mencari barang yang pas.Bruukkk!Tiba-tiba aku tersungkur. Ada sesuatu yang mengenai punggungku. Akurasa itu benda keras, dan memang sengaja di arahkan padaku. Aku bisamerasakan niat dari orang yang memukulkannya padaku.“ Kyaaaa!!!” terdengar pekikan Hyoseo nyaring di telinga.Aku bangkit dan terhuyung. Ku pegangi punggungku yang terasa sakit.Aku menoleh dan kudapati Cho Kyuhyun menatapku dengan tatapan membunuh.Tongkat pemukul kasti kini ada di tangannya. Ternyata… magnae evil iniyang memukulku. Mau apa dia?“ Yak!! Apa maumu, heh?” bentak ku kesal.“ Hahaha…” tiba-tiba terdengar suara gelak tawa. Tapi suara itu bukanmilik Kyuhyun. Aku yakin itu. Dan saat itu juga muncul seseorang daribelakang tubuh Kyuhyun.Omo! Betapa kagetnya diriku mendapati seorang Park Jung Soo, ayahdari Hyoseo telah disini dan tertawa puas melihatku kesakitan. Firasatkumulai tidak enak.“ Appa…” gumam Hyoseo tak berdaya. Matanya mengerjap-ngerjap seakantak percaya pada penglihatannya.“ Hyoseo, kenapa kau melanggar laranganku? Hah!” gertak Mr Parkmarah.“ A… aniyo, Appa. Mianhae… I’m sorry,” kata Hyoseo sambil tertundukdalam.“ Kau berani mengabaikan larangan Appa, ya? Bagus lah! Kau ingin diaterluka?” ancam Mr Park. Ia menunjuk aku yang terhenyak diam seribubahasa.Kyuhyun pun memukul lenganku dengan kencang. Sakit. Aku mengusaplenganku yang memar itu.“ Andwae!” pinta Hyoseo sambil terisak.“ Sudah Appa bilang! Jauhi dia!” bentak Mr Park.Kyuhyun belum berhenti menyiksaku. Apakah kalian pikir dia hanyamemukulku sekali dua kali? Tidak. Dia memukulku berkali-kali. Walaupunaku merintih kesakitan. Walaupun aku berusaha keras menghindar. WalaupunHyoseo menjerit memohon untuk tidak melakukannya. Walaupun aku memohonpada Kyu agar berhenti. Tapi, ia terus melakukannya. Lenganku,punggungku, perutku, kepalaku, kakiku, badanku. Semua jadi sasaran.Bahkan sempat aku berharap agar satpam mall kunjung datang dan menangkapKyuhyun yang aku rasa kini menjadi anak buah Mr Park. Mr Park terustertawa puas melihatku yang sengsara. Tampak semburat bahagia dankebencian saat ia menatapku.Hingga aku babak belur. Darah mengalir dari hidung dan mulutku, wajahdan badanku memar-memar. Aku benar-benar tak berdaya sekarang. Akuhanya bisa terhuyung dan terhempas kesana kemari. Pemukul kasti daribesi itu sukses membuatku kesakitan. Disekeliling kami orang-orangberkerumun melihat penganiayaan yang dilakukan Kyuhyun terhadapku.“ Kyu! Ppali!” perintah Mr Park memberi isyarat.Aku tersontak kaget saat tubuhku ditarik Kyuhyun untuk bangkit.Tubuhku yang sedang tidak berdaya ini hanya mampu menurut. Dengan kasaria menyeretku keluar stan hadiah dan mendorongku ke pembatas lantai. Iamenundukkan kepalaku sehingga aku bisa melihat lantai dasar mall darilantai 4 ini. Darahku berdesir, jantungku berdetak hebat. Tanganku hanyabisa menahan sambil berpegangan pembatas lantai.“ Andwae!! Appa! Jebal! Andwae!” kudengar rengekan Hyoseo dengansuara gemetarnya karena tangis. Hatiku nyilu mendengarnya. Ingin rasanyakupeluk dan meredam tangisnya di dada bidangku.“ Aku tidak segan-segan menyakitinya, Hyoseo-ah. Bukan kah, aku sudahpernah bilang? Hahaha.” Mr Park kembali tertawa bahagia.“ Andwae, Appa! Jebal! Aku tidak akan melanggarnya lagi. Aku janji.Ku mohon, Appa! Lepaskan dia.”“ Kyu! Enough!”Kyuhyun pun perlahan melepaskan kerahku dan dorongannya untukmemojokkanku ke pembatas lantai. Ia melangkah meninggalkanku yang kinitengkulai lemas terduduk bersender pembatas lantai.“ Kkaja! Ayo kita pulang,” ucap Mr Park sambil menarik kasar lenganHyoSeo.“ Hyuk-ah!!!” panggilnya berusaha memberontak.Aku hanya bisa menatapnya sayup. Ia tampak memberontak namun takkuasa. Sedangkan aku hanya terduduk lemah memandangi yeojachingukudiseret Appanya. Air mataku sudah menggenang dipelupuk mata. Ternyata,selama ini hubunganku dengan Hyoseo ditentang? Ternyata, Hyoseo yangpergi diam-diam dan selalu mematikan handphonenya saat bertemu dengankumelakukannya karena Mr Park menentang? Dadaku sesak seketika. Hatikutercabik dan remuk. Rasanya sungguh jauh lebih sakit daripada tadi, saataku dipukul Kyu bertubi-tubi. Lebih baik mati dipukul daripada matirasa seperti ini. Omo! Apa yang harus kulakukan?Sepulang dari mall tempat aku dipukuli, aku benar-benar stress. Akuputuskan untuk minum Soju untuk menghilangkan rasa stresku ini. Mungkinaku terlalu banyak minum, hingga akhirnya aku mabuk sampai larut malam.Setelah aku rasa cukup, aku pun pulang dengan jalan terhuyung sambilmenyanyi-nyanyi gaje seperti orang sinting. Dan saat dijalan, beberapaorang bertubuh kekar menghadangku.Mereka memukuliku, menyerang, dan mengeroyokku yang tak berdaya ini.Tubuhku serasa semakin hancur. Memar semakin menghiasi tubuhku. Luka punbertambah dimana-mana. Tapi hatiku terasa lebih pedih. Perasaankuseakan terhempas dari langit yang ke-9. Aku tahu! Aku tahu siapadalangnya. Aku tahu! Mr Park lah, orangnya. Dia pasti yang menyuruhorang-orang itu untuk menghajarku lagi. Atau mungkin malah menghabisiku.Bukan maksudku menuduh. Tapi, siapa lagi kalau bukan dia? Siapa?Kyuhyun? Bahkan ia kini anak buah Mr Park. Omona! Kyu, ingatkah kautentang persahabatan kita dulu?Paginya, aku masih terbaring di ranjangku. Dengan pakaian yang masihkukenakan semalam. Aku tak sempat ganti pakaian atau bahkan mandi.Badanku masih dipenuhi luka dan memar. Kejadian kemarin sungguh sulitterlupa. Bahkan, kau boleh percaya ataupun tidak. Semalam aku memimpikanhal itu. Mr Park, Hyoseo, Kyuhyun. Aish! Mungkin, ini memang suatupertanda bahwa aku harus berhenti.Tapi, saat aku meneguhkan hati dan memantapkan tekadku… ia datang.Aku bangkit dari ranjang dan merapikan ranjangku. Tiba-tiba bel pintuberbunyi. Aish! Jangan sampai suruhannya Mr Park lagi. Aku muak.Aigoo! Betapa terkejutnya diriku mendapati Hyoseo berdiri tegakdihadapanku. Dengan wajahnya yang pucat pasi, matanya yang sembab, dandandanan yang berantakan. Ia masih mengenakan pakaian tidurnya. Aku rasaia kabur dari rumah.Hyoseo meminta maaf padaku. Ia menjelaskan semuanya. Dari sorotmatanya ia seakan berharap aku bisa mengerti. Ia memohon padaku untuktidak meninggalkannya. Ia bilang, ia masih mencintaiku. Dan aku rasakanada ketulusan saat ia mengatakannya. Aku, aku benar-benar tidak tega.Aku tidak tega melihatnya memelas. Aku tidak sampai hati melihatnya yangbegitu menyedihkan. Hingga akhirnya aku turuti kemauannya. Kamibackstreet.—Flashback end—***Kejadian itu, terekam jelas diotakku. Kejadian itu,selalu kuingat walaupun aku sudah berusaha sekeras mungkin melupakannya.Tapi, kejadian itu selalu melumpuhkan niatku untuk menahanmu. Kejadianitu, selalu mengurungkan niatku untuk menjagamu dengan tanganku.Kenyataan yang menamparku adalah aku tak bisa melindungi orang yang akusayangi dengan tanganku sendiri.–Hyuk Jae – POV end–***–Hyoseo – POV–Aku berlari pulang sembari menangis pilu. Hyuk, kenapa kau takmenahanku? Aku benar-benar akan pergi. Pergi jauh. Tapi, kenapa kaubiarkan aku pergi? Waeyo!Langkahku terhenti begitu saja saat kudapati pintu gerbang rumahterbuka lebar. Mataku terbelalak kaget mendapati Appa yang sedang dudukdi kursi teras sambil memandangi handphonenya cemas. Hingga akhirnya iamendongak dan menatapku yang berdiri kaku di dekat gerbang. Spontan akuberbalik hendak kabur.“ Hyoseo-ah! Come here!!” bentak Appa dengan suara lantangnya.Aigoo! Aku harus bagaimana? Ottokhae? Aku galau.” Hyoseo-ah! Appa bilang kemari!” bentak Appa mulai kesal.” Ne,” aku pun menurut sebelum terlambat. Sebelum Appameledak-ledak. Aku mendekat dengan langkah ragu-ragu.” Dari mana saja kau ini, Heh?! Tidur dimana kau semalam?Bisa-bisanya mini market tutup tapi kau tak pulang?” Appa marah-marah.Aku hanya bisa terdiam membisu.” Kau ini mau jadi apa? Heh! Bukankah sudah Appa konfirmasi kalauhari ini kau akan berangkat ke Jerman?! Jangan-jangan kau mau kabur,ya?”Mwo? Apakah tuduhan itu tidak salah? Kabur? Aku rasa akan jadi benarkalau tadi Eunhyuk menahanku. Kalau tadi Eunhyuk memintaku untuk tetaptinggal. Tapi… Omona! Aku lupa! Aku lupa memberi tahunya kalau aku akanke Jerman. Aish! Ottokhae? Hyuk-ie… Mianhae…” A-aniyo,” jawabku getir.” Lalu? Tadi malam kau kemana! Jangan bilang kau menginap dirumahcunguk sialan itu (*baca=Eunhyuk). Kau berani menentang Appa?!” nadasuara Appa mulai meninggi.Aigoo… Apakah sebentar lagi aku akan digampar? Dipukul? Ditendang?Atau diusir?” Aniyo. Aku kerumah Sulli!” elakku.” Mworago? Sulli? Kau mau bohong pada Appa! Appa tadi malam sudahtelpon dia. Katanya kau tidak ada. Kau pikir Appa pabo?”” Mwo? Jinja? Aku semalam kerumah Sulli. Tapi karena aku mengetukpintu tak dibuka-bukakan aku ke rumah Yoora,” dustaku panjang lebar.” Yoora?? Siapa lagi itu? Bukankah Appa punya semua nomor telponteman-temanmu? Siapa itu Yoora? Kenapa Appa tidak tahu?” Appamengintrogasiku dengan penuh tanya.” Aish! Memangnya temanku hanya Sulli? Yoora itu adik kelasku. Akulumayan dekat dengannya. Sudah lah, Appa! Aku lelah,” karangku semakinmenjadi-jadi.Mianhae, Hyuk. Aku harus meminjam nama dongsaengmu untuk beralasan.Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi. Apalagi tadi aku sedangterpojok. Tapi, nama dongsaengmu telah menyelamatkanku. Gomawo.Aku pun melangkah masuk sambil memegangi kepalaku. Berakting seolahpusing, itu cara ampuh agar Appa tidak membahasnya lagi. Aku kerapmelakukan itu, dan selalu berhasil.***Aku kemasi semua barang-barangku ke dalam kopor. Baju-bajuku,beberapa buku penting, dan barang-barang yang aku rasa harus aku bawa.Sebelum menutup kopor, kupandangi sebuah foto yang aku rasa akanmenjadi sebuah kenangan. Tak akan kulupa, sosok di foto itu. Sosok yangselalu jadi permata dihatiku. Sosok yang selalu ada di benakku.Selamanya…Tau kah, aku Hyuk? Belum sampai sehari, aku sudah merindukanmu.Apakah kau juga sedang memikirkanku sekarang? Atau kau sudahmelupakanku? Secepat itu kah?” Hyoseo-ah!! Ppali! Nanti ketinggalan pesawat!” suara Appamemanggilku.” Ne,” pekikku menjawab Appa.Tak terasa air mataku telah menetes sedari tadi. Cepat-cepat kuusapdan kumasukkan foto Hyuk ke saku jaketku. Aku pun menutup resletingkopor dan mengangkatnya dari ranjang. Kutarik pegangannya dan menariknyakeluar kamar.– Hyo Seo – POV end –***– Hyuk Jae – POV –Aku masih terdiam dari posisiku. Mie yang tadinya kubuat untuk Hyoseokini sudah dingin ditanganku. Masih terbayang saat-saat itu. Tapi, akubenar-benar ingin bersamanya. Ya! Ini bukan salahku, atau salah Hyoseo.Ini bukan salah siapapun. Ini hanya nasib. Tapi, nasib bisa diubahbukan? Bukankah nasib bisa berubah jika manusia mau berusaha? Yak! Akuakan merubahnya. Sekarang. Walaupun aku harus dipukuli hingga akusekarat. Walaupun aku akan dicaci maki hingga habis kesabaranku.Walaupun cinta terlarang ini ditentang. Bagaimana pun juga ini cinta.Cinta butuh pengorbanan untuk mencapainya.Hyoseo, aku akan menjemputmu. Kita akan pergi berdua. Hanya berdua.Aku tak peduli Appamu akan mebunuhku. Aku tak peduli Eomma dan Appakuakan berkomentar apa. Bahkan aku tak peduli jika Appamu akan benar-benarmembunuhku. Aku tak peduli sama sekali. Aku hanya peduli kau. Cintakita. Hati kita. Dan aku harap kau memilih jalan yang sama denganku.Aku bangkit. Menaruh mangkuk mie di meja belajarku dan berburu-burumembuka lemari. Kuambil sebuah kemeja putih dan mengenakannya. Berkacasesaat dan ngacir dari kamarku.Ku kunci pintu rumah, dan buru-buru berlari. Mungkinkah ia masihdijalan? Mungkinkah dia belum masuk pekarangan rumah? Sehingga aku bisamembawanya kabur? Aku berlari sekuat tenagaku dan secepat aku bisa.Sempat aku menabrak beberapa orang dan menyebrang jalan tanpa aturan.Bahkan nyaris nyawaku hilang tertabrak mobil. Tapi, ini tak seberapadengan harapan aku bisa membawamu pergi Hyoseo. Kita akan hidup bersama.Berdua. Tanpa kekangan, tanpa larangan.” Hey! Namja gila! Mau mati, kau?!” umpat pengemudi mobil yang kinimenghentikan mobilnya.Suara anjing menggonggong itu tak kuhiraukan. Aku terus berlari.Saat aku sudah hampir sampai rumahmu, kira-kira 1 km lagi, ada sebuahmobil sedan hitam berjalan berlawanan arah denganku. Sepintas akumelihat Mr Park dari kaca depan. Dan aku melihatmu, Hyoseo! Kau dijokbelakang sedang memandang keluar jendela. Tapi, sayangnya kau dudukdisisi yang berjauhan dari tempatku. Jadi kau tak melihatku. Aigoo!Apakah aku terlambat, Hyoseo?Aku pun mengerem lariku mendadak. Hampir saja aku terjungkalkarenanya. Nafasku terengah. Aku benar-benar tak menduga kau akan pergi.Kau akan pergi kemana Hyoseo, sayang? Kenapa tiba-tiba?” Hyoseo-ah!!!” teriakku memanggilnya.Mobil semakin menjauh dari pandanganku. Mataku panas. Dadaku sesak.Hatiku seakan tertusuk pisau tajam. Diantara nafasku yangterengah-engah, aku menangis. Sakit. Waeyo Hyoseo-ah? Waeyo? Kaubenar-benar meninggalkanku? Kenapa kau lakukan itu? Waeyo!!” Hyoseo-ah!!!” teriakku sambil berlari mengejar mobil itu.Aku berlari. Berlari sekuat tenaga dan secepat aku bisa. Langkahkusemakin kupaksa daripada sebelumnya. Walaupun nafasku berat sudah, danperut samping kananku terasa perih. Aku tetap harus mengejarmu, Hyo.Harus! Maafkan, Hyo. Aku terlambat. Dan disisa waktu yang terus menjepitini aku tak boleh terlambat lagi. Aku tak mau kehilanganmu.Aku berlari mengejar mobil sedan hitam itu dengan linangan air matadi pipiku. Mobil yang membawa Hyoseo pergi. Dan aku punya firasat takenak tentang itu. Hyoseo, apkah kau akan pergi meninggalkanku selamanya?Atau kau hanya pergi sebentar?Mobil sedan itu pun menghilang di sebuah tikungan. Aku semakinmemaksakan langkahku. Tak kupedulikan aku berlari di tengah jalan.” Hyoseo-ah!!!!” teriakku masih berusaha memanggilmu, Hyo.Apakah kau dengar, Hyo? Apakah kau tak mendengar suaraku? Bahkantidak hanya dilisan aku berteriak. Hatiku ikut menjerit takutkehilanganmu.BRAAAAAAAAKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!Tepat di tikungan, kurasakan tubuhku terhempas. Aku terlempar dantersungkur ke aspal. Sempat kulihat samar-samar mobil sedan hitam yangmembawamu pergi dari bawah mobil yang telah menabrakku.” Hy-Hyoseo…” gumamku sebelum semuanya gelap.***Perlahan kubuka kelopak mataku yang terasa berat ini.Cahaya lampu neon menusuk mataku yang sayup ini.“ Hyuk Oppa? Kau sudah sadar?” terdengar suara Yoora samar-samar.“ Hy-hyoseo?” gumamku setengah sadar.Pikiranku masih terpusat padamu, ayahmu, mobil sedan hitam yangmembawamu, rencana busukku untuk mengajakmu kabur. Tapi aku terlambat!“ Oppa! Berhenti memanggilnya! Dia tidak ada disini!” suara Yooratampak sengit.“ Hy-hyoseo… Hyo…” aku masih memanggil-manggil namamu. Kejadian tadi,masih berputar-putar dikepalaku yang terasa pening ini. Aku kalahtelak. Aku kalah dari waktu, ayahmu, dan mungkin itu takdir. Haish! Akubenci takdir.“ Oppa! Dia tidak akan datang! Diam lah, Oppa! Dia tidak disini, dantidak akan pernah disini.”“ Hyo… Hyoseo…” aku masih menggumam-gumam tak jelas.Benarkah kau tidak disini? Aku memutar mataku memandangi seluruhpenjuru kamar inap ini dengan sayu. Berharap kau ada disini. Mungkinkahkau disudut? Ataukah kau sedang bersembunyi? Aniyo, itu tidak mungkin.Aku rasa sebelum kau masuk, Yoora pasti akan mengusirmu dulu. Yah, akutahu kalau dia sangat membencimu. Entah kenapa. Tapi, benarkah perkataanYoora itu? Kau tidak akan menemuiku? Tidak akan menjengukku yangterbaring lemah ini? Tak akan menanyakan kabarku yang sangat tidak baikini? Aku harap kau datang. Aku sangat mengharap itu.Tapi, bagaimana jika kau benar-benar pergi? Apakah Appamu itu akanmembawamu pergi dariku? Kenapa rencanaku harus gagal karena waktu?Kenapa impianku gagal hanya karena mobil sialan itu menabrakku? Waeyo?“ Oppa! Kau harus terima kenyataan kalau Hyoseo bukanlah untukmu!”Aigoo… dongsaengku, Yoora… kenapa kata-katamu bisa sepedas itu?Belajar dari mana kau? Apakah Appa yang mengajarimu? Atau Eomma?Impossible. Mereka tidak punya waktu untuk mengajarimu berbicara pedasseperti itu. Pernahkah aku mengajarimu berucap seperti itu? Tidakpernah! Tapi, kenapa kau melontarkan perkataan yang begitu menusuk uluhatiku itu? Kenapa harus kau ucapkan untukku?“ Hyo…” aku masih bersikukuh memanggilmu. Dengan air mata yangmengalir pelan turun dari ekor mata hingga menetes dibantal. Hatiku pilumengingat semua tentangmu. Benarkah itu takdir?–Hyuk Jae POV _ end–***–Hyo Seo POV–Selama di perjalanan aku hanya bisa tertegun memandangi jendeladengan perasaan galau. Tapi, aku rasa perasaan galau itu percuma. Inisudah terlambat untuk memikirkan jalan keluar. Jalan keluar sudahtertutup, bahkan terkunci rapat. Hyuk, kenapa kau tak mencegahku? Waeyo?“ Ayo turun!”Aku tersentak kaget. Sudah sampai bandara rupanya. Aku pun menghelanafasku dan turun dari mobil. Appa sudah membuka bagasi dan menurunkankoperku. Perlahan dengan langkah ragu-ragu aku memasuki bandara.“ Sekolahlah yang sungguh-sungguh. Appa akan mempertimbangkan kautinggal di Korea jika prestasimu bagus.”Mataku terbelalak, senyum mulai terkembang disudut bibirku. “Jinja?!” pekikku girang. Appa hanya mengangguk pelan sambil tersenyumpenuh arti.“ Gomapta, Appa!!! Saranghae,” pekikku sumringah sembari memelukAppa.“ Ne, cepat berangkat!” ucap Appa sambil menepuk bahuku pelan.“ Ne. Arra!” kataku bersemangat. Aku pun berlari ke salah satu pintuyang dijaga petugas bandara dengan semangat 45. Aigoo! Eomma, ternyatasuamimu baik juga.***“ Permisi?” kudengar suara seorang namja. Dan tampaknya ia berbicaradenganku. Aku pun menoleh berpaling dari jendela pesawat.“ Hyoseo-ssi?” tanya namja itu ramah.“ Ne? Maaf, siapa ya?” tanyaku bingung. Aku benar-benar tidak kenalnamja yang ada disebelahku ini. Bahkan aku melihatnya saja baru kaliini.“ Lee Sungmin imnida.” ucapnya sambil menyodorkan tangannya mengajakberjabat tangan. Dengan sedikit ragu, aku ladeni dia. “ Hyoseo maukemana?”“ Mwo? Ah… aku mau ke Jerman,” ucapku berusaha seramah-ramahnya. Iatersenyum dengan senyum mesumnya */plak!*.“ Ne? Waw, kita sama dong. Hyoseo mau ngapain ke Jerman?” tanyanyasok akrab.Omo! Lama-lama aku bergidik juga. Apa maksud namja ini sok kenal sokdekat begitu??“ Err.. aku akan melanjutkan studyku disana. Aku akan sekolah disalah satu SMA di Jerman,” jelasku.“ Jinja? Aku juga. Wah! Aku rasa ini takdir. Semoga kita bisa satusekolah,” kata namja yang bernama Sungmin itu dengan senyum terkembangdibibirnya.Mwo? Takdir? Huih, kenal aja nggak. Tapi, aku jadi penasaran. Kenapadia bisa tahu aku?“ Permisi,” panggilku saat Sungmin hendak membuka sebuah majalah.“ Apakah… aku pernah…pernah mengenalmu?” tanyaku dengan hati-hati.“ Mwo? Ah… aku rasa tidak.”“ Jadi?” tanyaku masih penasaran.“ Jadi apa?” pandangannya kini tertuju pada lembaran majalahdihadapannya.“ Kenapa kau bisa mengenalku?” tanyaku heran.“ Mianhae… itu privacy,” jawab Sungmin singkat. Kini aku merasakacang. Aku pun menatapnya sambil komat-kamit tak jelas. Dalam hati akumengutuki namja di sampingku ini. Tadinya sok akrab, sekarang cuekbebek. -.-***Aku turun dari pesawat dengan perasaan lega. Setelah mengambilbarangku, aku pun keluar bandara dan mencari taksi.“ Hyoseo-ssi!” suara seorang namja yang sepertinya pernah aku dengar.Aku menoleh dan kudapati Sungmin, orang aneh yang duduk disebelahkudipesawat tadi. Mau apa dia? Aish!“ Hyoseo-ssi sedang apa?” tanyanya dengan wajah innocentnya yangmesum */plak*.“ Menunggu taksi,” jawabku ketus. Terus terang aku mulai risih.“ Oh… Aku juga.”Siapa yang tanya?! Batinku geram.Saat ada taksi lewat, aku pun melambai-lambaikan tanganku. Dan tepatdidepanku taksi itu berhenti. Kaca jendela perlahan bergerak turun dankulihat supir taksi dengan kumis lebat menghiasi wajahnya dan mengenakanseragam dinasnya tersenyum. Tapi senyumnya tampak samar-samar, karenabibirnya tertutup kumisnya yang subur itu.“ Can you deliver me?” aku membungkuk untuk melihat ke dalam taksi.“ Where you’ll going?” tanyanya masih beramah-tamah.Aku pun menyodorkan secarik kertas pada supir berkumis lebat itu.“ Okey. I’ll deliver you.” jawabnya mantap. Aku pun tersenyumsekilas. Supir itu turun dari mobil dan membawakan koperku ke bagasi.Sedangkan aku langsung masuk ke jok belakang taksi.Setelah supir taksi itu masuk kembali ke jok pengemudi, akutersentak. Aku merasakan ada yang duduk disampingku. Awalnya aku taktahu karena aku sedang sibuk menghidupkan handphoneku.“ Yak!!! Omo! Mau apa kau?!” bentakku dengan perasaan kagetberkecambuk dibenakku.“ Mwo? Mau naik taksi,” ucapnya dengan tampang sok polos.“ Tapi kan, ini taksiku!” kataku geram.“ Ah… jangan ngaku-ngaku kau! Ini taksi milik Ahjussi itu,” bantahSungmin sambil tersenyum. “ Come on, Sir!” Sungmin menepuk bahu supiritu dan alhasil taksi ini jalan.Aku kembali mengutuki namja ini dibenakku. Aigoo! Dosa apa aku?Bisa-bisanya bertemu namja aneh ini.***@Jerman, 7 Juli 2014Naasnya diriku. Ternyata kos-kosanku dengan namja aneh ituberdekatan. Bahkan kami satu SMA. Haish! Aku benar-benar sial. Setiaphari Sungmin selalu menggangguku. Setiap pagi ia selalu menungguku diambang pintu. Setiap pulang ia selalu mencariku. Setiap makan siang, iaselalu menjejeriku makan. Setiap istirahat dia selalu ke kelasku. Setiaphari libur ia pasti berkunjung ke kosku. Entah itu ngasih makanan lah,ngasih minuman lah, ngasih hadiah lah. -.- memangnya siapa dia? Namjachinguku? Oh, tidak bisa! Eunhyuk, lah namja chinguku.Ngomong-ngomong tentangnya, aku benar-benar merindukannya. Walaupunbaru seminggu aku meninggalkan Korea. Tapi serasa sudah setahun.“ Hyoseo-ah! Kenapa kau melamun?”Aku tersentak kaget dan langsung menoleh. Aish! Sungmin sudah berdiridiambang pintu kamarku. Apa-apaan dia?“ Yak! Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?” tegurku kesal.“ Kenapa harus mengetuk? Pintunya tidak ditutup?” tanya Sungminsambil menghampiriku yang terduduk di tepi ranjang.“ Ah… terserah, lah…” jawabku tak acuh. Aku palingkan wajahku danberbaring di ranjangku.Breepp… Tiba-tiba kurasakan ada seseorang yang naik ke ranjangku ini.“ Ah… paling namja aneh itu hanya duduk,” batinku.Breeeeppp… Breeep… Breeep…Omona! Kenapa perasaanku tidak enak? Sesaat kemudian kurasakan adayang mengelus kakiku. Spontan aku langsung berbalik dan menatap Sungminyang melakukan hal aneh itu.“ Yak! Mau apa kau?!” bentakku sembari menarik kakiku dan terduduk.“ Errr… Hyoseo… ada yang ingin aku katakan padamu,” ucapnya sambilmendekatiku.Terus terang aku bergidik. Aku pun menggeser posisi dudukku untukmenghindarinya. Aku mundur… mundur… hingga mentok ke sudut tembok. Yak!Aku menyesal. Kenapa ranjangku terletak disudut ruangan?“ Mwo! Jangan dekat-dekat! Yak!!” pekikku ngeri sambil berusahamenghindar. Walaupun sebetulnya tak mungkin. Karena posisiku yangbenar-benar sudah terpojok. Kututupi kedua mataku dengan telapaktanganku.“ Hyoseo… saranghae…” ucap Sungmin lirih. Dia mengecup keningkuperlahan.“ Mwo?” tanyaku sambil mengintip dari celah-celah jariku.Sungmin pun menarik tanganku hingga terlepas dari wajahku.Digenggamnya tangan mungilku dengan erat. Matanya menatapku. Sorotanmatanya sejuk. Seakan ada hasrat untuk menjadi pelindung disana. Tapi…aku tetap takut dan aku tetap hanya akan mencintai Eunhyuk seorang.“ Aku bersungguh-sungguh. Kau tahu? Kenapa aku bisa mengenalmusebelum kau mengenalku?” aku hanya menggeleng pelan. “ Karna aku telahmemendam perasaan ini. Jauh sebelum kita bertemu.”“ Ta-tapi aku sudah punya namja!” elakku sambil menarik tanganku darigenggamannya perlahan. Tapi dengan sigap ia menarik tanganku danmenggenggamnya lebih erat.“ Arraso! Arra! Kau kira aku tidak tahu? Lee Hyuk Jae! Benar, kan?”kata Sungmin berapi-api. Aku hanya terdiam membisu. “ Aku tahu! Aku tahusemua. Aku tahu, kau selalu diam-diam jalan dengannya. Dan sepertinyaAppamu tidak suka dengan hubungan kalian.”“ Yak! Tahu dari mana kau, Heh?” tanyaku dengan nada nyolot.“ Aku pernah melihat Hyukjae dipukuli oleh geromolan orang. Dan akusempat menguping mereka. Hyukjae berteriak-teriak menyebut-nyebut namamudan mengumpat-ngumpat. Ia juga menyebut-nyebut Park Ahjussi. Aku rasasaat itu ia sedang mabuk. Dan aku pernah melihat Mr Park tertidur diteras rumahmu saat kau sedang pergi dengan Hyukjae malam itu,” jelasSungmin panjang lebar.“ Tapi, bagaimana bisa kau tahu semuanya?!” tanyaku heran.“ Rumahku kan, tepat berhadapan dengan rumahmu. Apakah kau tidak tahuitu?” tanya Sungmin masih menggenggam tanganku.“ Aniyo,” jawabku sambil menggeleng-geleng kepalaku.“ Yak! Pantas saja kau tak mengenalku. Aku selalu mengamatimu. Kautahu itu, kan?” aku kembali menggeleng. “ Aish! Terserah lah!”“ Okey,” jawabku sambil melepaskan genggamannya.“ Yak. Changkaman!” pekik Sungmin histeris.“ Mwoya?” tanyaku bingung.“ Kenapa bibirmu begitu pucat?” tanyanya sambil mengelus bibirbawahku pelan.“ Jinjayo?” tanyaku sambil memegangi bibirku.“ Changkaman, ada sesuatu disana.” Sungmin memegangi tengkukku. Iamencondongkan wajahnya lebih dekat ke wajahku. Jempolnya mengusap bibirbawahku perlahan. Sedangkan aku hanya bisa diam kaku.Deeg, deg, deg! Jantungku berdegup kencang. Apa-apaan ini?“ Ternyata bukan apa-apa. Kau kekurangan vitamin C,” ucap Sungminmasih stay pada rutinitas meraba-raba bibirku yang kering dan agakpecah-pecah dengan jempolnya. “ Biar aku sembuhkan.”Tiba-tiba Sungmin semakin mendekatkan wajahnya. Dan… yak! Bibirnyamenyentuh bibirku. Apa-apaan ini? Beraninya dia popo aku.“ Yak!!” pekikku sambil mendorongnya.Bibir Sungmin berhasil terlepas. Tapi, Sungmin kembali menciumkutanpa menggubris tatapan sinisku. Tak lupa ia mendekapku erat agar akutidak memberontak. Lidahnya menjilati bibirku yang masih mengatup rapat.Aku meronta. Berusaha mendorongnya lagi. Tapi Sungmin memelukku terlaluerat.Tiba-tiba…. Omona! Perutku! Kenapa ini? Tiba-tiba aku merasa mual.“ Sungmin!” panggilku sambil meronta. Aish! Usahaku untukmemanggilnya malah dimanfaatkan Sungmin untuk memasukkan lidahnyakemulutku. Kini tangan kanannya tak hanya diam. Tangan kanannya sibukmeremas-remas payudaraku yang terbungkus kaos.“ Oh… ugh… Sungmin…” desahku saat menerima servicenya. Aku masihberusaha memanggilnya. Aigoo… aku semakin tak tahan. Aku benar-benarmual dan ingin muntah. Sedangkan Sungmin semakin memperkasar remasannya.Ia melumat bibirku dengan nafsunya yang memburu. Tampak dari nafas yangkeluar dari hidungnya yang bisa kurasakan diwajahku.“ Sung… oh… Umin! Ugh.. Chang… oh…ka… agh.. man! Agh…” aku masihberusaha memanggilnya walaupun terbata karena desahan. Ternyataciumannya telah beralih keleherku dan membuatku kegelian. Tangannyamasih aktif.“ Umin!” teriakku sambil mendorongnya. Sukses! Ia terjengkang danjatuh dari ranjang karena doronganku yang begitu keras.“ Huuuuuueek!!!! Hooooeeek!” aku pun muntah di samping ranjang. Weks!Aku sendiri jijik melihat muntahanku. Sebenarnya aku muntah tidak hanyasekali. Hari-hari sebelumnya pun aku sering muntah. Aigoo.. aku rasaaku masuk angin.“ Hoooooooekkk!” aku masih muntah-muntah.“ Aigoo! Gwencana, Hyo-ah?” tanya Sungmin khawatir. Tangannyamengelus-elus punggungku.“ Hooooeeekkk!” aku tak menjawab pertanyaannya yang sudah jelasjawabannya “I’m not okay!” dan masih sibuk pada aktifitas muntahku *?*.Setelah puas mintah *?*, Sungmin pun menatapiku dengan khawatir. “Kau sakit?” tanyanya. Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Aku punmengusap-usap bibirku.“ Ayo kita periksa,” ucap Sungmin lalu tanpa basa-basi menarikku.***Dirumah sakit…….“ Bagaimana keadaannya, dok?” tanya Sungmin khawatir. Hyoseo sudahduduk disebelahnya.“ Kalian berpacaran?” tanya dokter itu penuh selidik.“ A.. a-an…” perkataan Hyoseo terpotong.“ Ne. Memangnya kenapa, dok?” Sungmin memotong perkataan Hyoseo.Hyoseo melirik sinis padanya.“ Kalian belum menikah?” dokter itu masih mengintrogasi.“ Belum. Memangnya kenapa sih, dok?” tanya Sungmin penasaran.Sedangkan Hyoseo hanya menatapi dokter itu dengan penuh tanya.“ Yeojamu hamil!”“ Mwo?! Hyoseo hamil?!” pekik Sungmin kaget setengah mati.-THE END-
NC KOREAN From ICR YADONG
Kamis, 13 September 2012
Leaving You
1. Author: Han Hyo Hee
Langganan:
Postingan (Atom)